Siapa manusia di Bumi yang tak pernah melihat Bulan? Mungkin hanya manusia yang memiliki gangguan dalam penglihatannya. Ya, karena hampir seluruh manusia penghuni Bumi ini dipastikan pernah dan/atau sering melihat Bulan. Bahkan sebagian dari mereka mungkin sering dengan sengaja meluangkan waktunya hanya untuk sekedar memandang karya indah Tuhan yang satu itu barang sejenak.
Saya masih ingat ketika saya masih kecil, saya sering bermain-main pada malam hari dengan teman-teman di desa di bawah sinar Bulan. Seusai bermain biasanya kami memandangi Bulan itu, lalu saling mendeskripsikan tentang bagaimana Bulan itu sebenarnya dengan penalaran kami masing-masing. Ada yang memiliki persepsi yang menakutkan, menakjubkan, dan indah.Mungkin sebagian kita pernah mendengar dongeng tentang nenek tua yang memangku seekor kucing yang tinggal di Bulan. Ya, saya dan teman-teman juga mendengarnya. Maka, jika kami memandang Bulan, yang kami amati adalah bayangan semu yang terlihat di Bulan yang kami persepsikan sendiri bahwa bayangan itu adalah sosok sang nenenk tua dan kucingnya.Tapi, di luar konteks dongeng tentang nenek tua yang cukup menyeramkan bagi saya itu, tetap saja Bulan adalah tempat yang indah menurut saya. Bahkan saking indahnya, maka jika saya kecil ditanya tentang surga, mungkin bayangan saya waktu itu surga terletak di Bulan. Dan ketika saya menonton serial kartun dengan tema kerajaan, dimana kerajaan itu sangat indah dan berwarna dominan putih, maka saya akan berasumsi bahwa kerajaan itu ada di Bulan. Maka tak heran jika saya kecil pernah berandai-andai ingin tinggal di Bulan.
Semakin betambah dewasa, semakin bertambah pula pengetahuan saya. Maka, saya sadar bahwa lamunan masa kecil saya memang tinggal lamunan. Bulan ternyata tak seindah yang saya bayangkan pada masa itu. Satu-satunya satelit bumi ini ternyata tak bisa bersinar sendiri, ia hanya memantulkan sinar yang diterimanya dari matahari. Benda langit yang satu ini memiliki kawah-kawah dan lembah-lembah yang cukup lebar dan curam akibat benturan benda langit lain. Sehingga ada sebagian tempat dari Bulan yang menerima sinar matahari lebih sedikit, akibatnya bagian tersebut terlihat lebih gelap. Dan saya sadar, warna gelap itu itulah yang selama ini saya anggap adalah bayangan dari nenek tua dan kucingnya itu.
Ukuran Bulan lebih kecil daripada Bumi. Diameternya empat kali lebih kecil dari diemeter Bumi, yaitu sekitar 3.474 km. Tapi tetap saja tidak semungil seperti yang saya lihat dengan mata telanjang. Bulan terlihat mungil karena jaraknya cukup jauh dari Bumi. Jarak rata-rata Bulan dengan Bumi jika diukur dari pusatnya masing-masing adalah sekitar 384.403 km, kira-kira 30 kali diameter Bumi. Dan mungkin jarak itu akan semakin jauh lagi di masa yang akan datang, karena menurut penelitian tiap tahunnya Bulan akan menjauhi Bumi dengan jarak 3,8 cm per tahunnya. Massa jenis Bulan (3,4 g/cm³) adalah lebih ringan dibanding massa jenis Bumi (5,5 g/cm³), sedangkan massa Bulan hanya 0,012 massa Bumi.
Bulan adalah satu-satunya satelit yang bumi punya. Sebagaimana satelit, Bulan mengelilingi Bumi. Waktu yang di butuhkan Bulan untuk satu kali mangelilingi Bumi adalah sekitar 29,5 hari, atau digenapkan menjadi 30hari. Periode Bulan mengelilingi Bumi inilah yang disebut 1 bulan. Maka dengan begitu, fungsi Bulan juga dapat manjadi pedoman waktu. Waktu yang diperlukan Bumi untuk satu kali berevolusi mengeliligi matahari adalah sekitar 365 hari, kecuali pada tahun kabisat yang terjadi 4 tahun sekali, yaitu jumlah pembulatannya menjadi 366 hari yang ditambahkan 1 hari pada bulan Februari.
Posisi Bulan yang selalu dekat dan mengelilingi Bumi ini jika di logika bisa saja jatuh ke Bumi karena tertarik oleh gaya gavitasi Bumi, apalagi mengingat ukuran Bulan yang lebih kecil sehingga volumenya pun akan jauh lebih kecil dan dapat saja tertarik dengan ringan oleh gaya gravitasi Bumi. Namun Tuhan memang maha sempurna, selain gaya gravitasi tadi ternyata ada gaya yang lebih kuat yang mempegaruhi hubungan anatara Bumi dan Bulan, yaitu gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal inilah yang mebuat bulan tetap pada orbitnya berevolusi mngeliling bumi. O , ya! Bulan berada dalam orbit sinkron dengan Bumi, hal ini menyebabkan hanya satu sisi permukaan Bulan saja yang dapat diamati dari Bumi. Orbit sinkron menyebabkan kala rotasi sama dengan kala revolusinya.
Posisi Bulan berpengaruh pada bentuk yang kita lihat dengan mata telanjang. Misalnya kita dapat melihat Bulan dengan bulat sempurna pada saat Bulan purnama. Pada saat itu, Bumi terletak hampir segaris di antara Matahari dan Bulan, sehingga seluruh permukaan Bulan yang diterangi Matahari terlihat jelas dari arah Bumi.Kebalikannya adalah saat bulan mati, yaitu saat Bulan terletak pada hampir segaris di antara Matahari dan Bumi, sehingga yang 'terlihat' dari Bumi adalah sisi belakang Bulan yang gelap, alias tidak nampak apa-apa.Di antara kedua waktu itu terdapat keadaan bulan separuh dan bulan sabit, yakni pada saat posisi Bulan terhadap Bumi membentuk sudut tertentu terhadap garis Bumi - Matahari. Pada saat itu, hanya sebagian permukaan Bulan yang disinari Matahari yang terlihat dari Bumi.
Bulan adalah satu-satunya benda langit yang pernah didatangi dan didarati manusia. Obyek buatan pertama yang melintas dekat Bulan adalah wahana antariksa milik Uni Sovyet, Luna 1, obyek buatan pertama yang membentur permukaan Bulan adalah Luna 2, dan foto pertama sisi jauh bulan yang tak pernah terlihat dari Bumi, diambil oleh Luna 3, kesemua misi dilakukan pada 1959. Wahana antariksa pertama yang berhasil melakukan pendaratan adalah Luna 9, dan yang berhasil mengorbit Bulan adalah Luna 10, keduanya dilakukan pada tahun 1966. Program Apollo milik Amerika Serikat adalah satu-satunya misi berawak hingga kini, yang melakukan enam pendaratan berawak antara 1969 dan 1972.
Saking canggihnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi zaman sekarang, maka asal-usul Bulan pun sudah ada yang berani memprediksi. Para ilmuan menemukan bukti besar bahwa Bulan berasal dari tubrukan bumi dengan planet kecil yang bernama theira sekitar 3 milyar tahun yang lalu, dan menghasilkan debu yang berjumlah sangat banyak dan mengorbit di sekeliling bumi dan akhirnya debu mengumpul menjadi bulan. Pada awalnya jarak bulan pada pertama kali hanya sekitar 30.000 mil atau 15 kali lebih dekat dari jarak Bulan dengan Bumi sekarang. Dari hasil penelitian Bulan menjauh sekitar 3,8 cm per tahunnya.
Bulan tidak mempunyai air maupun udara. Sehingga keadaan disana sangatlah gersang dan panas. Bulan juga tidak memiliki atmosfer yang kuat seperti Bumi. Maka, tidak menutup kemungkinan bahwa Bulan sangatlah sering berbenturan dengan benda langit lain denga ukuran yang masih besar. Akibatnya, terciptalah kawah-kawah di Bulan yang gersang. Semua pengetahuan tentang Bulan ini jauh sekali berbeda dengan apa yang saya bayangkan pada masa kecil. Maka saat ini, saya urungkan cita-cita saya untuk tinggal di Bulan. Sepertinya saya sudah cukup bersyukur sudah ditempatkan diplanet yang cukup nyaman ini. Tapi biar bagaimanapun saya tetap sangat mengahargai mimpi-mimpi saya yang meggebu pada waktu saya kecil. Semangatya paut saya tiru di usia saya sekarang. Maka, saya tidak akan membatasi para anak kecil saat ini untuk bermimpi sedemikian rupa. Karena khayalan masa kecil itu sangat luar biasa.
Kamis, 10 Maret 2011
Kamis, 17 Februari 2011
Dari Bunyi Sampai ke Musik
Pernahkah Anda bernyanyi? Atau setidaknya pernahkah Anda mendengarkan sebuah lagu? Saya pastikan, pernah. Lalu, Pernahkah kita membayangkan seandainya tak pernah ada lagu di dunia ini? Mungkin dunia akan terasa hampa, sepi dan terlalu membosankan.
Bicara soal lagu, tentu tak akan jauh-jauh dari yang namanya musik. Lalu membahas soal musik tentunya juga akan membahas tentang nada.
Definisi yang sering saya baca atau kebanyakan orang tahu bahwa nada adalah bunyi yang teratur. Lalu, bagaimanakah sehingga manusia bisa mengkoordinasikan bunyi lalu menjadikannya nada?
Dalam hal ini, saya tidak akan membahas proses pengorganisasian bunyi menjadi nada, lalu musik, lalu lagu. Tapi, saya akan membahas bagaimana manusia dengan akal budi yang dimilikinya bisa mengenal dan menciptakan musik?
Bunyi atau suara sudah dapat kita dengar dari mulai kita lahir. Bahkan kita sendiripun dengan natural langsung bisa mengeluarkan bunyi atau suara, seperti tangisan, tawa, dan sebagainya.
Tak ada waktu yang pasti mengenai awal keberadaan bunyi. Tapi bisa diperkirakan bahwa bunyi sudah ada semenjak alam semesta ini diciptakan, atau bahkan sebelum.
Pada mulanya manusia hanya menganggap bunyi sebagai sesuatu yang biasa untuk didengar oleh telinga dan tak ada yang istimewa dari bunyi. Pada zaman itu manusia sudah mengenal banyak bunyi, baik itu bunyi binatang, bunyi benturan, suara mereka sendiri, dan lain-lain.
Seiring dengan berjalannya waktu, manusia sebagai makhluk yang dianugerahi Tuhan akal budi terus berkembang. Mereka memulai mengamati, lalu timbul rasa ingin tahu, sehingga muncul pertanyaan ; apa yang menimbulkan bunyi? bagaimana bunyi itu teradi? Sampai akhirnya mereka mulai paham bahwa bunyi berasal dari sesuatu yang bergetar atau bergesekan lalu menghasilkan bunyi. Maka, bunyi bisa mereka ciptakan sendiri. Mereka mulai sering mencoba menimbulkan bunyi-bunyian yang berasal dari benda disekeliling mereka yang dapat menimbulkan bunyi.
Dari proses mencoba-coba menimbulakan bunyi dari setiap benda yang ada di sekeliling mereka, lalu mereka mengamati bunyi yang dihasilkan setiap benda. Lama kelamaan mereka menemukan fakta bahwa bunyi yang dihasilkan masing-masing benda itu berbeda. Agar bunyi yang dihasilkan dapat dibedakan sesuai maksud tertentu, manusia mulai memanipulasi bunyi dengan menciptakan alat khusus untuk mengeluarkan bunyi yang lebih indah dan khas. Benda-benda yang dipakai biasanya mereka peroleh dari alam, seperti bambu, kulit binatang, kerang, dan lain-lain yang sudah diperhalus.
Bunyi yang awalnya tidak berharga dan tak berguna mulai dikembangkan menjadi sesuatu hal yang dapat membantu kegiatan manusia pada masa itu. Dimulai dari penggunaan sebagai tanda atau alarm yang mempunyai maksud tertentu. Kemudian bunyi yang berbeda tersebut mulai dikembangkan lagi dengan sentuhan-sentuhan yang membuat pengkordinasian bunyi memiliki seni dan keindahan untuk didengar dan mulai layak disebut nada.
Kumpulan nada yang dihasilkan oleh alat-alat tersebut kemudian dijadikan beragam musik. Pada zaman megalitikum, nenek moyang kita sudah menggunakan musik dalam mengiringi upacara keagamaan, kemudian untuk mengiringi tarian-tarian, dan lagu-lagu. Tentunya musik-musik tersebut memiliki arti dan maksud tertentu. Bahkan tak jarang musik atau lagu pada masa itu memiliki kekuatan supranatural yang berisikan mantra-mantra.
Musik berkembang di berbagai daerah dengan penyesuaian-penyesuaian seiring pola perkembangan akal budi manusia di masing-masing daerah. Begitu pula dengan alat yang digunakan. Karena mereka menciptakan alat musik yang terbuat dari bahan yang ada di sekitar mereka, dan keadaan alam dari tiap-tiap daerah itu berbeda maka tiap-tiap daerah memiliki ciri khas masing-masing pada alat musik yang dimilikinya. Dampaknya musik yang ada pada suatu daerah biasanya berbeda pula dengan musik di daerah lainnya. Misalnya di daerah Indonesia saja kita bisa membedakan musik berdasarkan asal daerahnya ; Jawa Barat ada Jaipong, di Jawa Tengah ada Campur Sari, di Jawa Timur ada Langgam, Cirebon ada Tarling, dan lain sebagainya.
Seiring perkembangan pola pikir manusia, musik mulai mengalami perkembangan dengan adanya pengetahuan mengenai tinggi rendahnya bunyi. Kemudian manusia mulai menciptakan aturan baru yang memiliki standar tinggi rendah bunyi, yang disepakati banyak orang yaitu adanya not-not, atau biasa disebut dengan solmisasi.
Seiring perkembangan zaman, musik terus mengalami perkembagan di dunia seni maupun industri. Musik sebagai salah satu hiburan dan keindahan memang sudah ada di jiwa-jiwa manusia sejak musik itu sendiri berkembang sebagai sebuah seni. Musik adalah karya yang bisa dipastikan pernah dikonsumsi semua orang di dunia. Banyaknya penikmat musik dengan karakter yang berbeda mengakibatkan musik itu sendiri memiliki beberapa aliran, seperti Pop, Rock, Jazz, Klasik, Tradisional,Keroncong, Dangdut, dan lain sebagainya. Bahkan, sampai timbul persepsi bahwa aliran musik yang disukai seseorang dapat menggambarkan karakter dari orang tersebut.
Selain untuk dinikmati, musik dijadikan sebagai sarana expresi diri, karya, hiburan. Musik juga merupakan suatu produk berupa karya seni dengan harga jual tinggi. Bahkan saat ini industri musik adalah industri besar yang sangat menjanjikan.
Bagaimana? Begitu luar biasa bukan manusia? Dari rasa ingin tahunya bisa menghasilkan pengetahuan yang terus bekembang sehingga menjadikannya hasil yang luar biasa pula. Lalu bagaimana dengan kita sebagai penerusnya? Akankah sampai disini perkembangan musik?
Tentu tidak. Manusia telah dianugerahi Tuhan akal budi yang dapat terus berkembang seiring berjalannya waktu. Maka, sudah sepatutnya kita bersyukur pada Tuhan YME, dan memanfaatkan anugerah-Nya ini sebaik mungkin.
Demikian kiranya ulasan tentang manusia dan musik yang bisa saya sampaikan. Tak ada gading yang tak retak. Maka, jika ada kekurangan atau kesalahan dari tulisan saya, mohon dimaafkan. Lebih besar hati saya sekiranya pembaca mau mengkritik dan mengomentari tulisan saya, sebagai cambuk dan pelajaran bagi saya untuk hasil yang lebih baik di tulisan saya selanjutnya. Terima kasih.
-WIGIAWATI UTAMI-
18510502
1PA03
Bicara soal lagu, tentu tak akan jauh-jauh dari yang namanya musik. Lalu membahas soal musik tentunya juga akan membahas tentang nada.
Definisi yang sering saya baca atau kebanyakan orang tahu bahwa nada adalah bunyi yang teratur. Lalu, bagaimanakah sehingga manusia bisa mengkoordinasikan bunyi lalu menjadikannya nada?
Dalam hal ini, saya tidak akan membahas proses pengorganisasian bunyi menjadi nada, lalu musik, lalu lagu. Tapi, saya akan membahas bagaimana manusia dengan akal budi yang dimilikinya bisa mengenal dan menciptakan musik?
Bunyi atau suara sudah dapat kita dengar dari mulai kita lahir. Bahkan kita sendiripun dengan natural langsung bisa mengeluarkan bunyi atau suara, seperti tangisan, tawa, dan sebagainya.
Tak ada waktu yang pasti mengenai awal keberadaan bunyi. Tapi bisa diperkirakan bahwa bunyi sudah ada semenjak alam semesta ini diciptakan, atau bahkan sebelum.
Pada mulanya manusia hanya menganggap bunyi sebagai sesuatu yang biasa untuk didengar oleh telinga dan tak ada yang istimewa dari bunyi. Pada zaman itu manusia sudah mengenal banyak bunyi, baik itu bunyi binatang, bunyi benturan, suara mereka sendiri, dan lain-lain.
Seiring dengan berjalannya waktu, manusia sebagai makhluk yang dianugerahi Tuhan akal budi terus berkembang. Mereka memulai mengamati, lalu timbul rasa ingin tahu, sehingga muncul pertanyaan ; apa yang menimbulkan bunyi? bagaimana bunyi itu teradi? Sampai akhirnya mereka mulai paham bahwa bunyi berasal dari sesuatu yang bergetar atau bergesekan lalu menghasilkan bunyi. Maka, bunyi bisa mereka ciptakan sendiri. Mereka mulai sering mencoba menimbulkan bunyi-bunyian yang berasal dari benda disekeliling mereka yang dapat menimbulkan bunyi.
Dari proses mencoba-coba menimbulakan bunyi dari setiap benda yang ada di sekeliling mereka, lalu mereka mengamati bunyi yang dihasilkan setiap benda. Lama kelamaan mereka menemukan fakta bahwa bunyi yang dihasilkan masing-masing benda itu berbeda. Agar bunyi yang dihasilkan dapat dibedakan sesuai maksud tertentu, manusia mulai memanipulasi bunyi dengan menciptakan alat khusus untuk mengeluarkan bunyi yang lebih indah dan khas. Benda-benda yang dipakai biasanya mereka peroleh dari alam, seperti bambu, kulit binatang, kerang, dan lain-lain yang sudah diperhalus.
Bunyi yang awalnya tidak berharga dan tak berguna mulai dikembangkan menjadi sesuatu hal yang dapat membantu kegiatan manusia pada masa itu. Dimulai dari penggunaan sebagai tanda atau alarm yang mempunyai maksud tertentu. Kemudian bunyi yang berbeda tersebut mulai dikembangkan lagi dengan sentuhan-sentuhan yang membuat pengkordinasian bunyi memiliki seni dan keindahan untuk didengar dan mulai layak disebut nada.
Kumpulan nada yang dihasilkan oleh alat-alat tersebut kemudian dijadikan beragam musik. Pada zaman megalitikum, nenek moyang kita sudah menggunakan musik dalam mengiringi upacara keagamaan, kemudian untuk mengiringi tarian-tarian, dan lagu-lagu. Tentunya musik-musik tersebut memiliki arti dan maksud tertentu. Bahkan tak jarang musik atau lagu pada masa itu memiliki kekuatan supranatural yang berisikan mantra-mantra.
Musik berkembang di berbagai daerah dengan penyesuaian-penyesuaian seiring pola perkembangan akal budi manusia di masing-masing daerah. Begitu pula dengan alat yang digunakan. Karena mereka menciptakan alat musik yang terbuat dari bahan yang ada di sekitar mereka, dan keadaan alam dari tiap-tiap daerah itu berbeda maka tiap-tiap daerah memiliki ciri khas masing-masing pada alat musik yang dimilikinya. Dampaknya musik yang ada pada suatu daerah biasanya berbeda pula dengan musik di daerah lainnya. Misalnya di daerah Indonesia saja kita bisa membedakan musik berdasarkan asal daerahnya ; Jawa Barat ada Jaipong, di Jawa Tengah ada Campur Sari, di Jawa Timur ada Langgam, Cirebon ada Tarling, dan lain sebagainya.
Seiring perkembangan pola pikir manusia, musik mulai mengalami perkembangan dengan adanya pengetahuan mengenai tinggi rendahnya bunyi. Kemudian manusia mulai menciptakan aturan baru yang memiliki standar tinggi rendah bunyi, yang disepakati banyak orang yaitu adanya not-not, atau biasa disebut dengan solmisasi.
Seiring perkembangan zaman, musik terus mengalami perkembagan di dunia seni maupun industri. Musik sebagai salah satu hiburan dan keindahan memang sudah ada di jiwa-jiwa manusia sejak musik itu sendiri berkembang sebagai sebuah seni. Musik adalah karya yang bisa dipastikan pernah dikonsumsi semua orang di dunia. Banyaknya penikmat musik dengan karakter yang berbeda mengakibatkan musik itu sendiri memiliki beberapa aliran, seperti Pop, Rock, Jazz, Klasik, Tradisional,Keroncong, Dangdut, dan lain sebagainya. Bahkan, sampai timbul persepsi bahwa aliran musik yang disukai seseorang dapat menggambarkan karakter dari orang tersebut.
Selain untuk dinikmati, musik dijadikan sebagai sarana expresi diri, karya, hiburan. Musik juga merupakan suatu produk berupa karya seni dengan harga jual tinggi. Bahkan saat ini industri musik adalah industri besar yang sangat menjanjikan.
Bagaimana? Begitu luar biasa bukan manusia? Dari rasa ingin tahunya bisa menghasilkan pengetahuan yang terus bekembang sehingga menjadikannya hasil yang luar biasa pula. Lalu bagaimana dengan kita sebagai penerusnya? Akankah sampai disini perkembangan musik?
Tentu tidak. Manusia telah dianugerahi Tuhan akal budi yang dapat terus berkembang seiring berjalannya waktu. Maka, sudah sepatutnya kita bersyukur pada Tuhan YME, dan memanfaatkan anugerah-Nya ini sebaik mungkin.
Demikian kiranya ulasan tentang manusia dan musik yang bisa saya sampaikan. Tak ada gading yang tak retak. Maka, jika ada kekurangan atau kesalahan dari tulisan saya, mohon dimaafkan. Lebih besar hati saya sekiranya pembaca mau mengkritik dan mengomentari tulisan saya, sebagai cambuk dan pelajaran bagi saya untuk hasil yang lebih baik di tulisan saya selanjutnya. Terima kasih.
-WIGIAWATI UTAMI-
18510502
1PA03
Langganan:
Postingan (Atom)